Latest News

Belajar dar Tortilla Chip

Perguruan tinggi selama ini dikenal sebagai menara gading yang jauh dari realitas sosial di sekitarnya. Namun imej yang kurang baik itu coba ditepis oleh sekelompok ”mantan” mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Caranya, dengan mengaplikasikan ilmu akademiknya untuk menjalankan bisnis nyata.


Sekelompok mahasiswa UGM) Yogyakarta ini berasal dari Fakultas Teknologi Pertanian dan Fakultas Teknik. Pada tahun 2004/2005, mereka berhasil memenangkan lomba Penelitian Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) di bidang teknologi pangan. Dari temuannya itulah mereka kemudian mengembangkannya menjadi produk yang diberi nama Roti Kampus dan Keripik Jagung Tortila Chips.

Tortila merupakan makanan khas dari Meksiko dan Amerika Tengah yang terbuat dari jagung. Kata tortila sendiri berasal dari bahasa Spanyol yang berarti jagung. Makanan ini sangat terkenal di negara asalnya. Bahan jagung dipilih karena bahan baku ini cukup banyak tumbuh di Kabupaten Bantul. Selain itu, jagung adalah makanan yang menyehatkan karena merupakan sumber karbohidrat, protein,  lemak, dan mengandung serat cukup tinggi yang sangat baik untuk kesehatan.

Awalnya, pengembangan produk roti kampus dilakukan atas biaya dari UGM, sedangkan Tortila Chips dibiayai oleh Direktorat Pendidikan Tinggi. Begitu juga proses pengolahannya dilakukan dengan meminjam alat dari Fakulta Teknologi Pertanian UGM. Bukan hanya alat produksinya yang meminjam, seperti roll press, namun juga tempat pembuatannya juga masih numpang di kampus biru itu. Meskipun demikian semangat para mahasiswa itu patut dibanggakan.

Setelah lulus dan menjadi sarjana, para alumni dari Fakultas Teknologi Pertanian dan Fakultas Teknik UGM itu berkolaborasi dan membentuk usaha bersama yang diberi nama Protepa Jogja yang bergerak pada pengolahan pangan. Produknya masih tetap dengan mengembangkan produk Roti Kampus dan Keripik Jagung Tortila Chips. Apalagi setelah usaha mereka tersebut mendapat respon dan dukungan dana melalui program Penerapan Iptekda dari LIPI pada tahun 2006.

Kini, para sarjana entrepreuner tersebut telah memiliki pabrik sendiri di Jalan Pramuka Nomor 10, Niten, Trirenggo, di Kabupaten Bantul, DIY. Peralatan produksi pun tak lagi pinjam almamater. Dengan lokasi dan fasilitas produksi yang cukup mapan, makanan ringan yang pernah memenangkan penelitian ilmiah mahasiswa itu pun digemari masyarakat.

Untuk pemasarannya, mereka bekerja sama dengan M. Djafar, pemilik usaha Geplak Jago yang mempunyai tak kurang dari 200 lebih jaringan pemasaran di DIY dan Jawa Tengah. Geplak Jago sendiri merupakan produsen geplak, makanan khas dari Bantul yang tercatat sebagai anggota dan sesepuh di Forda UKM Yogyakarta.

Kini, melalui gerai itu tak kurang dari 200 bungkus yang berbobot 200 gram Tortila Chip habis setiap hari. Penjualan ini setara dengan 40 kg jagung per hari atau 1 ton jagung per bulan. Jumlah ini belum termasuk penjualan yang dilakukan sendiri oleh pihak Protepa Jogja.

Keberhasilan para insan kampus ini mencerminkan keterpaduan antara pengetahuan teoritis, kepekaaan bisnis, dan jaringan pemasaran. Rasanya dunia kampus memang sudah saatnya untuk membuka pintu,malah kalau perlu melakukan sistim jemput bola, terhadap UKM yang membutuhkan dukungan dan fasilitasi untuk berkembang. (*)