Kebutuhan manusia terhadap air minum layak konsumsi saat ini terasa makin sulit saja. Perkembangan kemajuan industri dan gaya hidup yang semakin modern justru mendorong makin sulitnya untuk mendapatkan air yang berkualitas untuk kehidupan. Apalagi dengan makin bertambahnya jumlah penduduk dan tingginya aktivitas manusa, tak sedikit kawasan hutan dan sumber air alam yang semakin terancam.
Seperti kita tahu manusia sangat membutuhkan air untuk kehidupannya, baik untuk mandi, mencuci, maupun untuk konsumsi, seperti untuk memasak maupun untuk diminum. Namun agar dapat menjadi air konsumsi yang sehat dan menyehatkan, air harus memenuhi persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan sebagai air minum layak konsumsi.
Pemerintah sebagai pejabat negara yang mendapat amanah rakyat, mempunyai kewajiban untuk melindungi rakyatnya sekaligus harus menyediakan kebutuhan air minum yang terjamin kualitasnya. Seperti tertuang dalam Undang-undang Nomor 492/tahun 2010 tentang Air Minum dinyatakan bahwa air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, meskipun dilakukan melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan.
Namun tentunya tidak semua air bisa diminum karena harus memenuhi syarat tertentu sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia yang akan menerimanya. Air dari sumber alam umumnya terdapat 3 unsur yang terdapat didalamnya, yaitu unsur H20,mineral, serta kandungan lain. Meskipun air jenis ini biasanya bisa diminum, namun cukup sulit untuk menjamin kelayakannya akibat adanya kemungkinan masuknya unsur pencemar didalamnya.
Kalaupun kita bisa mengambil air alam dari sumber yang belum mengalami pencemaran lingkungan, tetap tak mudah untuk menjamin kualitasnya terutama dari kadar mineral yang terdapat didalamnya yang bisa saja melebihi ambang batas atau justru bersifat merugikan tubuh manusia. Apalagi jika terdapat mineral anorganik, seperti ferrum, merkuri, alumunium yang terdapat di dalam air tersebut dalam jumlah yang melebihi ambang batas.
Namun untuk mendapatkan air organik atau air yang tidak mengandung unsur kimia lain selain H2O (air) itu sendiri juga tidak mudah. Menurut Wikipedia, ada alat yang berfungsi untuk mengukur kadar kemurnian air, yaitu Total Dissolved Solids (TDS) Meter. Alat ini mampu mengukur total zat padat yang terlarut dalam zat cair dengan menggunakan satuan ppm (part per million) dengan standar sebagai berikut:
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002, Departemen Kesehatan telah menetapkan syarat terhadap air minum layak konsumsi. Persyaratan itu mencakup bahwa air minum tersebut tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna (jernih), tidak mengandung logam berat, serta tidak mengandung mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan tubuh.
Untuk 3 syarat pertama, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna mungkin bisa dikenali secara langsung dengan melihat air yang hendak kita minum serta mencicipinya. Lantas bagaimana masyarakat dapat mengenali air minum yang bebas dari kandungan logam berat maupun mikroorganisme yang berbahaya?
Air Minum Layak Konsumsi dan Cara Mendapatkannya
Seiring perubahan gaya hidup dan tingginya dinamika kehidupan modern, memperoleh dan mendapatkan air minum layak konsumsi bukanlah hal yang mudah. Suatu hal yang terlalu berlebihan jika setiap rumah tangga diharuskan memiliki TDS Meter untuk mendeteksi kualitas air minumnya. Kalaupun bisa, apakah hal itu juga dapat menjamin mereka akan memperoleh air minum berkualitas untuk kehidupannya? Bukankah TDS Meter hanya merupakan alat deteksi saja dan bukan alat untuk mengubah kualitas air?
Saat ini setidaknya ada 3 cara yang umumnya dilakukan masyarakat untuk mendapatkan air minum layak konsumsi. Mari kita lihat satu persatu cara tersebut dan sejauh mana hasilnya bisa mendapatkan air yang berkualitas sesuai syarat air yang telah ditetapkan pemerintah tersebut.
1. Memasak Air
Memasak air hingga mendidih atau mencapai suhu 100 derajat celcius banyak dilakukan rumah tangga di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan air minumnya. Tak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa cara ini merupakan langkah terbaik karena mampu membunuh bakteri dan kuman yang terdapat didalam air tersebut. Begitu juga untuk persyaratan lainnya juga terpenuhi karena air tak lagi berasa, tidak berbau, dan juga tidak berwarna. Namun benarkah demikian kenyataannya?
Ternyata problem terhadap kemungkinan adanya kandungan logam berat dalam air tak dapat dihilangkan dengan memasaknya hingga mendidih. Apalagi jika air yang diperolehnya berasal dari sumber yang telah mengalami pencemaran dimana kondisi ini telah menjadi krisis yang melanda berbagai belahan bumi. Karena itu, memasak air hingga mendidih tidak menjamin dihasilkannya air minum layak konsumsi.
2. Membeli Air Minum Kemasan
Cara lain yang dinilai lebih praktis dalam mendapatkan air minum adalah dengan membeli air dalam kemasan. Saat ini ada cukup banyak perusahaan yang memproduksi dan menjual air minum dalam kemasan yang siap minum. Kita semua tentu sudah mengetahui dan mengenal nama-nama merek air minum dalam kemasan tersebut.
Namun sayangnya, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 2010 pernah menemukan banyaknya air minum kemasan tersebut yang justru tidak layak minum. Temuan ini sempat menjadi sorotan, termasuk di banyak blog di dunia online. Seperti dimuat dalam kompas, dari hasil pengujian atau tes uji yang dilakukan pada 21 merek air minum dalam kemasan gelas yang beredar di pasaran, 2 merek ditemukan mengandung koloni bakteri di atas ambang batas dan 11 merek lainnya mengandung bakteri yang mendekati ambang batas yang disyaratkan, yaitu 100.000 mikro bakteri per milliliter.
Anehnya, tak lama setelah temuan ini dirilis, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) justru menyanggahnya dan menyatakan bahwa 11 merek air minum dalam kemasan gelas yang dianggap bermasalah oleh YLKI masih dalam batas aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Seperti ditulis di kompas.com, sanggahan ini terutama didasarkan temuan bahwa jumlah mikroba dalam air minum dalam kemasan ternyata mengalami perubahan antara saat di dalam pabrik dengan saat dijual di pasaran.
Dengan kata lain, proses distribusi maupun peletakan air minum kemasan di toko atau di pasar turut mempengaruhi perubahan kondisi air tersebut. Nah, kalau kondisinya memang demikian, lantas bagaimana masyarakat konsumen bisa memperoleh air minum layak konsumsi dengan baik?
3. Membeli Alat Pemroses Air Minum
Saat ini tak sedikit pula masyarakat yang telah membeli alat pemroses air minum sendiri untuk mendapatkan air minum layak konsumsi. Ada berbagai teknologi yang digunakan produsen yang disematkan dalam alat pemroses air tersebut untuk mendapatkan air yang berkualitas, seperti teknologi penyinaran dengan sinar ultra ungu hingga teknologi reverse osmosis.
Dalam jenis ini juga termasuk air minum isi ulang yang bisa dibeli dengan bebas dari kios-kios atau depo pemrosesan air minum isi ulang yang banyak terdapat di berbagai wilayah di tanah air. Bisnis air minum isi ulang tersebut memang sempat menjamur setidaknya dalam 10 tahun terakhir terutama untuk memenuhi tingginya kebutuhan masyarakat terhadap air minum layak konsumsi namun dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan air minum dalam kemasan.
Namun sayangnya, lagi-lagi YLKI menemukan banyaknya kasus yang mengkhawatirkan. Dari hasil studi kasus yang dilakukan YLKI pada tahun 2012 terhadap 20 depo air minum isi ulang di Jakarta, 6 depo mengandung total bakteri dan 1 depo mengandung bakteri E. Coli (Escherichia coli). Parahnya lagi, higienitas dalam melakukan pemrosesan air minum isi ulang, para pemilik usaha tersebut umumnya kurang menjaga dan memperhatikannya. Apalagi banyak usaha semacam itu yang menjalankan usaha dan beroperasi tanpa surat layak kesehatan yang dikeluarkan dinas kesehatan setempat.
Solusi Mendapatkan Air Minum Layak Konsumsi
Menghadapi realitas sulitnya memperoleh air minum layak konsumsi, tampaknya masyarakat membutuhkan teknologi lebih mutakhir yang mampu mengatasi berbagai problem seperti telah dipaparkan di atas. Teknologi ini bukan saja harus mampu mengolah air minum menjadi tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, namun juga membebaskan air minum dari kandungan logam berat maupun mikroorganisme yang berbahaya untuk tubuh.
Alternatif solusi yang tampaknya sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap air minum yang berkualitas adalah Pureit Marvella. Alat pemurni air yang menggunakan teknologi UV ini melakukan proses pemurnian secara ketat dengan melalui 4 tahap yang terkontrol, yang meliputi:
Melalui pemrosesan yang dilakukan secara bertahap dan ketat tersebut, Pureit Marvella mampu menghasilkan air minum layak konsumsi sesuai persyaratan yang ditetapkan Departemen Kesehatan RI maupun ketentuan dari WHO. Selain air yang dihasilkannya menjadi jernih dengan rasa alami, alat water purifier ini juga mampu menghilangkan bakteri, virus dan parasit, maupun menetralisir berbagai kandungan logam yang berbahaya. Dengan alat ini pula kita tidak lagi perlu memasak air, tidak perlu repot menyediakan gallon, tidak menggunakan gas maupun listrik sehingga lebih hemat, serta harganya yang sangat terjangkau.
Pureit Marvella juga telah memenuhi kriteria ketat yang ditetapkan EPA (Environmental Protection Agency) Amerika Serikat serta telah teruji di sejumlah institusi ilmiah, seperti London School of Hygiene and Tropical Medicine, Scottish Parasite Diagnostic Laboratory Glasgow Inggris, maupun Unilever Laboratory. Karena kualitasnya inilah yang menjadikan Pureit dikenal sebagai alat pemurni air dengan penjualan terbesar di dunia dan menjadi produk pemroses air minum paling populer di kalangan keluarga di banyak negara, seperti dilaporkan lembaga riset Verify Markets dari Amerika Serikat.
Selain itu, Pureit Marvella juga didukung dengan berbagai fitur yang membuat alat pemurni ini makin sempurna, yang meliputi :
Dengan melihat berbagai kelebihan dan keunggulan alat pemurni air tersebut, maka kita bisa selalu menyediakan air minum yang aman dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tercinta. Pureit Marvella memang sangat cocok digunakan oleh masyarakat bergaya hidup modern yang sangat mementingkan kepraktisan dalam mendapatkan air minum layak konsumsi yang terjamin kualitasnya.
Seperti kita tahu manusia sangat membutuhkan air untuk kehidupannya, baik untuk mandi, mencuci, maupun untuk konsumsi, seperti untuk memasak maupun untuk diminum. Namun agar dapat menjadi air konsumsi yang sehat dan menyehatkan, air harus memenuhi persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan sebagai air minum layak konsumsi.
Pemerintah sebagai pejabat negara yang mendapat amanah rakyat, mempunyai kewajiban untuk melindungi rakyatnya sekaligus harus menyediakan kebutuhan air minum yang terjamin kualitasnya. Seperti tertuang dalam Undang-undang Nomor 492/tahun 2010 tentang Air Minum dinyatakan bahwa air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, meskipun dilakukan melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan.
Namun tentunya tidak semua air bisa diminum karena harus memenuhi syarat tertentu sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia yang akan menerimanya. Air dari sumber alam umumnya terdapat 3 unsur yang terdapat didalamnya, yaitu unsur H20,mineral, serta kandungan lain. Meskipun air jenis ini biasanya bisa diminum, namun cukup sulit untuk menjamin kelayakannya akibat adanya kemungkinan masuknya unsur pencemar didalamnya.
Kalaupun kita bisa mengambil air alam dari sumber yang belum mengalami pencemaran lingkungan, tetap tak mudah untuk menjamin kualitasnya terutama dari kadar mineral yang terdapat didalamnya yang bisa saja melebihi ambang batas atau justru bersifat merugikan tubuh manusia. Apalagi jika terdapat mineral anorganik, seperti ferrum, merkuri, alumunium yang terdapat di dalam air tersebut dalam jumlah yang melebihi ambang batas.
Namun untuk mendapatkan air organik atau air yang tidak mengandung unsur kimia lain selain H2O (air) itu sendiri juga tidak mudah. Menurut Wikipedia, ada alat yang berfungsi untuk mengukur kadar kemurnian air, yaitu Total Dissolved Solids (TDS) Meter. Alat ini mampu mengukur total zat padat yang terlarut dalam zat cair dengan menggunakan satuan ppm (part per million) dengan standar sebagai berikut:
- > 100 ppm air dengan ukuran ini bukan termasuk air minum
- 10 - 100 ppm ini adalah ambang batas sebagai air minum
- 1 - 10 ppm ini merupakan standar air murni
- 0 ppm inilah air organik yang layak dikonsumsi dan lebih menyehatkan
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002, Departemen Kesehatan telah menetapkan syarat terhadap air minum layak konsumsi. Persyaratan itu mencakup bahwa air minum tersebut tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna (jernih), tidak mengandung logam berat, serta tidak mengandung mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan tubuh.
Untuk 3 syarat pertama, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna mungkin bisa dikenali secara langsung dengan melihat air yang hendak kita minum serta mencicipinya. Lantas bagaimana masyarakat dapat mengenali air minum yang bebas dari kandungan logam berat maupun mikroorganisme yang berbahaya?
Air Minum Layak Konsumsi dan Cara Mendapatkannya
Seiring perubahan gaya hidup dan tingginya dinamika kehidupan modern, memperoleh dan mendapatkan air minum layak konsumsi bukanlah hal yang mudah. Suatu hal yang terlalu berlebihan jika setiap rumah tangga diharuskan memiliki TDS Meter untuk mendeteksi kualitas air minumnya. Kalaupun bisa, apakah hal itu juga dapat menjamin mereka akan memperoleh air minum berkualitas untuk kehidupannya? Bukankah TDS Meter hanya merupakan alat deteksi saja dan bukan alat untuk mengubah kualitas air?
Saat ini setidaknya ada 3 cara yang umumnya dilakukan masyarakat untuk mendapatkan air minum layak konsumsi. Mari kita lihat satu persatu cara tersebut dan sejauh mana hasilnya bisa mendapatkan air yang berkualitas sesuai syarat air yang telah ditetapkan pemerintah tersebut.
1. Memasak Air
Memasak air hingga mendidih atau mencapai suhu 100 derajat celcius banyak dilakukan rumah tangga di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan air minumnya. Tak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa cara ini merupakan langkah terbaik karena mampu membunuh bakteri dan kuman yang terdapat didalam air tersebut. Begitu juga untuk persyaratan lainnya juga terpenuhi karena air tak lagi berasa, tidak berbau, dan juga tidak berwarna. Namun benarkah demikian kenyataannya?
Ternyata problem terhadap kemungkinan adanya kandungan logam berat dalam air tak dapat dihilangkan dengan memasaknya hingga mendidih. Apalagi jika air yang diperolehnya berasal dari sumber yang telah mengalami pencemaran dimana kondisi ini telah menjadi krisis yang melanda berbagai belahan bumi. Karena itu, memasak air hingga mendidih tidak menjamin dihasilkannya air minum layak konsumsi.
2. Membeli Air Minum Kemasan
Cara lain yang dinilai lebih praktis dalam mendapatkan air minum adalah dengan membeli air dalam kemasan. Saat ini ada cukup banyak perusahaan yang memproduksi dan menjual air minum dalam kemasan yang siap minum. Kita semua tentu sudah mengetahui dan mengenal nama-nama merek air minum dalam kemasan tersebut.
Namun sayangnya, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 2010 pernah menemukan banyaknya air minum kemasan tersebut yang justru tidak layak minum. Temuan ini sempat menjadi sorotan, termasuk di banyak blog di dunia online. Seperti dimuat dalam kompas, dari hasil pengujian atau tes uji yang dilakukan pada 21 merek air minum dalam kemasan gelas yang beredar di pasaran, 2 merek ditemukan mengandung koloni bakteri di atas ambang batas dan 11 merek lainnya mengandung bakteri yang mendekati ambang batas yang disyaratkan, yaitu 100.000 mikro bakteri per milliliter.
Anehnya, tak lama setelah temuan ini dirilis, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) justru menyanggahnya dan menyatakan bahwa 11 merek air minum dalam kemasan gelas yang dianggap bermasalah oleh YLKI masih dalam batas aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Seperti ditulis di kompas.com, sanggahan ini terutama didasarkan temuan bahwa jumlah mikroba dalam air minum dalam kemasan ternyata mengalami perubahan antara saat di dalam pabrik dengan saat dijual di pasaran.
Dengan kata lain, proses distribusi maupun peletakan air minum kemasan di toko atau di pasar turut mempengaruhi perubahan kondisi air tersebut. Nah, kalau kondisinya memang demikian, lantas bagaimana masyarakat konsumen bisa memperoleh air minum layak konsumsi dengan baik?
3. Membeli Alat Pemroses Air Minum
Saat ini tak sedikit pula masyarakat yang telah membeli alat pemroses air minum sendiri untuk mendapatkan air minum layak konsumsi. Ada berbagai teknologi yang digunakan produsen yang disematkan dalam alat pemroses air tersebut untuk mendapatkan air yang berkualitas, seperti teknologi penyinaran dengan sinar ultra ungu hingga teknologi reverse osmosis.
Dalam jenis ini juga termasuk air minum isi ulang yang bisa dibeli dengan bebas dari kios-kios atau depo pemrosesan air minum isi ulang yang banyak terdapat di berbagai wilayah di tanah air. Bisnis air minum isi ulang tersebut memang sempat menjamur setidaknya dalam 10 tahun terakhir terutama untuk memenuhi tingginya kebutuhan masyarakat terhadap air minum layak konsumsi namun dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan air minum dalam kemasan.
Namun sayangnya, lagi-lagi YLKI menemukan banyaknya kasus yang mengkhawatirkan. Dari hasil studi kasus yang dilakukan YLKI pada tahun 2012 terhadap 20 depo air minum isi ulang di Jakarta, 6 depo mengandung total bakteri dan 1 depo mengandung bakteri E. Coli (Escherichia coli). Parahnya lagi, higienitas dalam melakukan pemrosesan air minum isi ulang, para pemilik usaha tersebut umumnya kurang menjaga dan memperhatikannya. Apalagi banyak usaha semacam itu yang menjalankan usaha dan beroperasi tanpa surat layak kesehatan yang dikeluarkan dinas kesehatan setempat.
Solusi Mendapatkan Air Minum Layak Konsumsi
Menghadapi realitas sulitnya memperoleh air minum layak konsumsi, tampaknya masyarakat membutuhkan teknologi lebih mutakhir yang mampu mengatasi berbagai problem seperti telah dipaparkan di atas. Teknologi ini bukan saja harus mampu mengolah air minum menjadi tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, namun juga membebaskan air minum dari kandungan logam berat maupun mikroorganisme yang berbahaya untuk tubuh.
Pureit Marvella (ft: lombablogpureit.blogdetik.com/tentang-pureit) |
Alternatif solusi yang tampaknya sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap air minum yang berkualitas adalah Pureit Marvella. Alat pemurni air yang menggunakan teknologi UV ini melakukan proses pemurnian secara ketat dengan melalui 4 tahap yang terkontrol, yang meliputi:
- Tahap 1 – Alat Filter Sedimen atau saringan serat mikro ini bertugas untuk menghilangkan kotoran air yang ada didalamnya.
- Tahap 2 – Setelah itu air akan melalui ‘Filter Karbon Aktif’ yang berfungsi untuk menghilangkan parasit maupun pestisida berbahaya yang ada dalam air.
- Tahap 3 – Pada tahap ini air akan masuk ke Germ Kill Kit atau Prosesor Pembunuh Kuman yang menjalankan fungsinya dengan 'programmed disinfection technology' yang mampu menghilangkan bakteri dan virus berbahaya di dalam air yang tidak terlihat dengan mata telanjang.
- Tahap 4 – Tahap terakhir ini dilakukan untuk menjernihkan sehingga akan menghasilkan air jernih yang tidak berbau, dan dengan rasanya terasa segar alami.
Melalui pemrosesan yang dilakukan secara bertahap dan ketat tersebut, Pureit Marvella mampu menghasilkan air minum layak konsumsi sesuai persyaratan yang ditetapkan Departemen Kesehatan RI maupun ketentuan dari WHO. Selain air yang dihasilkannya menjadi jernih dengan rasa alami, alat water purifier ini juga mampu menghilangkan bakteri, virus dan parasit, maupun menetralisir berbagai kandungan logam yang berbahaya. Dengan alat ini pula kita tidak lagi perlu memasak air, tidak perlu repot menyediakan gallon, tidak menggunakan gas maupun listrik sehingga lebih hemat, serta harganya yang sangat terjangkau.
Pureit Marvella juga telah memenuhi kriteria ketat yang ditetapkan EPA (Environmental Protection Agency) Amerika Serikat serta telah teruji di sejumlah institusi ilmiah, seperti London School of Hygiene and Tropical Medicine, Scottish Parasite Diagnostic Laboratory Glasgow Inggris, maupun Unilever Laboratory. Karena kualitasnya inilah yang menjadikan Pureit dikenal sebagai alat pemurni air dengan penjualan terbesar di dunia dan menjadi produk pemroses air minum paling populer di kalangan keluarga di banyak negara, seperti dilaporkan lembaga riset Verify Markets dari Amerika Serikat.
Selain itu, Pureit Marvella juga didukung dengan berbagai fitur yang membuat alat pemurni ini makin sempurna, yang meliputi :
- Advance Alert System – Fitur ini dapat memberi petunjuk tentang kapan filter GKK perlu diganti sehingga kualitas air yang dihasilkannya tetap terjaga. Sinyal ini biasanya muncul sekitar 150 liter sebelum perngkat GKK habis.
- Auto Shut Off – Fitur ini berfungsi untuk menghentikan aliran air jika lampu UV atau komponen penting lainnya dalam alat ini tidak berfungsi.
- Kapasitas penyimpanan air yang cukup besar, yaitu hingga mencapai 9 liter.
- Ada fitur yang memberikan perlindungan terhadap fluktuasi tegangan listrik guna mencegah terjadinya kerusakan akibat perubahan tegangan listrik yang kerap terjadi secara mendadak.
- Adanya layanan purna jual yang akan memberikan keuntungan lebih sebagai jaminan terhadap investasi yang telah dikeluarkan.
Water Purifier Keluarga Indonesia (ft:www.pureitwater.com/ID) |
Dengan melihat berbagai kelebihan dan keunggulan alat pemurni air tersebut, maka kita bisa selalu menyediakan air minum yang aman dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tercinta. Pureit Marvella memang sangat cocok digunakan oleh masyarakat bergaya hidup modern yang sangat mementingkan kepraktisan dalam mendapatkan air minum layak konsumsi yang terjamin kualitasnya.