Kampung-kampung maupun warga di pedesaan tak lagi menyelenggarakan renungan ataupun kegiatan untuk memperingatinya. Tak ada lagi kegiatan istimewa untuk mengenangnya.
Begitu juga sorotan ataupun refleksi dalam bentuk tulisan di media massa tidak lagi segairah dulu. Bahkan kilas balik tentang Pancasila maupun Bung Karno sebagai pencetusnya sepertinya kurang mendapatkan porsi yang selayaknya.
Pancasila kini seakan semakin tenggelam seiring dengan tak ada kewajiban lagi bagi sekolah maupun kampus untuk menyelenggarakan pelajaran atau kuliah tentang Pancasila.
Padahal, akhir-akhir ini muncul berbagai peristiwa di dalam masyarakat kita yang memperlihatkan rapuhnya rasa persatuan. Isu tentang NII, kekerasan atas nama agama, maupun egoisme maupun superioritas kelompok tertentu yang terlalu memaksakan kehendaknya memicu timbulnya berbagai konflik dan kekerasan fisik.
Rasanya, era reformasi yang kita jalani saat ini perlu dikritisi bersama. Tampaknya kita juga perlu merenungkan kembali untuk mengangkat Pancasila dan asas Bhineka Tunggal Ika untuk kembali mempererat silaturahmi diantara kita. Seperti diamanahkan Pembukaan UUD 1945, dasar negara Pancasila harus selalu menjadi pegangan kita dalam membangun bangsa kita yang lebih maju dan lebih baik. (*)