Persepsi perguruan tinggi sebagai menara gading ternyata memang benar adanya. Selama ini, penelitian yang dilakukan para dosen ternyata memang tidak dirasakan langsung manfaatnya di masyarakat. Hal ini karena kebanyakan tujuan dari penelitian itu hanya untuk dikirimkan ke jurnal penelitian maupun untuk kenaikan pangkat.
Temuan menarik ini diungkapkan langsung oleh Ketua Komite Inovasi Nasional (KIN) Prof. Dr. Ir. Zuhal Abdul Kadir MSc EE saat berkunjung ke kampus Universitas Gadjah mada (UGM) akhir Juli 2011 yang lalu. ”Kebanyakan penelitian hanya untuk kepentingan naik pangkat atau untuk jadi guru besar,” ujarnya
KIN merupakan sebuah komite yang terdiri dari 30 orang dimana 10 diantaranya adalah para rektor PTN. Anggota KIN diantaranya berasal dari Unvirsitas Syah Kuala, ITB, IPB, UI, UGM, ITS, Udayana, Universitas Hasanuddin, Universitas Cenderawasih dan Universitas Pattimura.
Bahkan menurut dia, produk penelitian para dosen dan civitas kampus, kebanyakan belum inovatif dan hanya menjadi naskah akademis yang tersebar di jurnal-jurnal penelitian. Penelitian yang dilakukan juga lebih bersifat individualis dan dalam skala kecil sehingga memang kurang bermanfaat secara sosial.
Pada kesempatan itu, KIN mendesak pemerintah untuk meningkatkan anggaran penelitiannya guna mendukung pembangunan. Bahkan KIN menargetkan 40 persen penelitian akan dibiayai oleh APBN atau sekitar Rp 10 triliun. “Kita genjot agar target 40 persen bisa tercapai di tahun 2025,” ujarnya.
Selain itu, menurut Zuhal, KIN menyarankan agar pemerintah memberikan insentif kepada pihak swasta atau perusahaan yang ingin berinvestasi di bidang research and development dengan tidak dikenai pajak. “Tentu nantinya juga diperlukan sebuah regulasi yang bisa melindungi produk inovasi yang ada,” katanya. (*)