Yogyakarta merupakan kota pendidikan yang dipenuhi dengan pelajar dan mahasiswa kreatif. Salah satunya adalah banyaknya mahasiswa yang mengisi kegiatan Ramadhan dengan berjualan makanan untuk berbuka puasa. Maka tak heran bila di berbagai kawasan, utamanya yang dekat dengan lokasi kampus, banyak mahasiswa yang berjualan kolak, es dawet, atau jajanan berbuka puasa lainnya.
Ramadhan tahun ini rasanya menjadi momentum puasa yang cukup berkesan bagi saya. Kenapa? Sebab, selama kuliah di Jogja saya belum pernah ikut jualan makanan berbuka puasa, seperti teman-teman saya lainnya. Baru kali ini, setelah menikah dan mempunyai anak, saya ikut berjualan makanan dan jajanan berbuka puasa. Ini juga karena saya “dipaksa” untuk membantu istri yang berjualan pempek dan mini burger. Apalagi rumah kami berada di kawasan Yogya Utara yang dekat lokasi kampus, jadilah setiap sore dari hari pertama puasa saya ikut mempersiapkan dan menunggu meja jualan di pinggir jalan.
Terus terang, ada sensasi yang bagi saya cukup unik saat berjualan. Sebagai orang yang asli Jogja, saya memiliki rasa malu dan takut kalau ada tetangga yang melihat kami berjualan di pinggir jalan. Saya juga akan merasa malu bila tiba-tiba ada teman kuliah atau sahabat yang tiba-tiba melihat dan membeli jajanan yang kami jual. Pokoknya, berbagai perasaan berkecamuk menjadi satu dalam hati saya saat memulai berjualan itu. Maklum, mungkin saya kurang berjiwa wiraswasta sehingga agak kikuk.
Namun setelah beberapa hari merasakan sensasi berjualan, saya pun mulai terbiasa. Apalagi beberapa tetangga yang melihat dan membeli makanan yang kami jual, justru memuji pempek dan burger buatan istri saya tersebut. Akhirnya, dari ba’da Ashar hingga saat Maghrib tiba kami habiskan dengan nongkrong di pinggir jalan sambil berjualan. Yah, hitung-hitung untuk menambah uang jajan anak dan keponakan, sambil ngabuburit menunggu waktu berbuka puasa.
Namun aktivitas ngabuburit saya tersebut makin terasa sensasional setelah saya mengikuti program ngaBLOGburit yang diadakan blogdetik.com. Setelah tahu adanya program tersebut beberapa hari lalu, saya pun mendaftar dan membuat blog dengan platform blogdetik. Sebelumnya saya telah terbiasa dan memiliki beberapa blog dengan platform blogspot. Akhirnya, ngabuburit sambil berjualan pempek dan burger makin gayeng dengan menulis artikel untuk diikutkan dalam ngaBLOGburit blogdetik tersebut.
Mungkin inilah momentum yang tidak mudah bagi saya. Yang namanya menulis kan butuh konsentrasi dan keseriusan. Termasuk ketenangan suasana di sekitarnya juga merupakan factor pendukung yang sangat penting agar tulisan yang kita hasilkan bagus. Namun bisa Anda bayangkan, bagaimana suasana ngaBLOGburit yang saya alami. Ramainya lalu lintas kendaraan yang lewat di depan kami, sikap ramah yang harus kami tunjukkan saat ada pembeli datang, anak kami yang berumur baru 3 tahun yang selalu ribut dan perlu sering diawasi. Wah, pokoknya kondisi yang disyaratkan bagi seorang penulis tersebut sama sekali tak tersedia. Tapi apa hasilnya? Saya tetap dapat menulis dan memposting artikel saya tersebut, meskipun sampai hari ini belum berhasil menang juga….hihi.
Namun inilah suasana Ramadhan yang berkesan bagi saya yang baru pertama kalinya saya alami. Saya pun dapat berbuka puasa setiap hari bersama anak-istri, meski di pinggir jalan. Saya pun dapat ngabuburit sambil nemenin istri jualan. Saya pun dapat nemenin dan ngawasi anak sambil ngaBLOGburit. Inilah ngabuburit sambil ngaBLOGburit paling murah meriah yang sangat berkesan bagi saya.